Adaptasi Profesional PR terhadap Era Digitalisasi

Bayu Septian

25 May 2023 07:38

Photo by Kindel Media

Perkembangan teknologi digital telah memberikan dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan kita, termasuk dalam bidang Public Relations (PR).

Digitalisasi zaman telah mengubah cara PR bekerja dan berinteraksi dengan khalayak. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi peran digitalisasi dalam PR dan bagaimana perubahan ini mempengaruhi profesional PR dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka.

Pada era sebelum digitalisasi, PR terutama berkutat dengan komunikasi konvensional seperti konferensi pers, siaran pers, dan hubungan media tradisional.

Namun, dengan munculnya internet dan teknologi digital, lanskap Public Relations telah mengalami perubahan yang signifikan. Sekarang, profesional PR harus menguasai berbagai platform digital dan strategi komunikasi online.

BACA JUGA: Mengenal 5 Jenis Program Hubungan Masyarakat (Humas)

Salah satu peran utama digitalisasi dalam Public Relations adalah mempercepat aliran informasi. Melalui media sosial, berita dapat dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Berita atau pernyataan yang dirilis oleh perusahaan atau lembaga dapat segera diterima dan ditanggapi oleh khalayak.

Dalam beberapa kasus, hal ini dapat menyebabkan respons yang cepat dan efektif dalam mengatasi krisis atau menyebarkan pesan penting kepada publik.

Selain itu, digitalisasi juga telah mengubah cara PR membangun hubungan dengan media. Sebelumnya, hubungan dengan media terutama dilakukan melalui kontak pribadi dan saluran komunikasi yang lebih tradisional.

Namun, dengan adanya alat digital seperti email, pesan instan, dan media sosial, profesional PR sekarang dapat dengan mudah berkomunikasi dengan jurnalis dan media secara online.

Mereka dapat mengirimkan siaran pers, informasi, dan materi promosi langsung ke dalam kotak surat elektronik jurnalis atau mempostingnya di platform media sosial.

Selain itu, digitalisasi juga memungkinkan Public Relations untuk memiliki kendali yang lebih besar atas narasi mereka sendiri. Dalam era digital, perusahaan dan lembaga memiliki akses langsung ke publik melalui blog, situs web, dan media sosial mereka sendiri.

Mereka dapat menyampaikan pesan mereka secara langsung tanpa harus melalui filter media tradisional. Ini memberi mereka kesempatan untuk membentuk dan mengontrol narasi mereka sendiri, serta menjalin hubungan yang lebih dekat dengan audiens mereka.

Namun, dengan keuntungan digitalisasi juga datang tantangan baru bagi profesional PR. Kini mereka harus menghadapi tantangan dalam mengelola reputasi online.

Setiap pesan yang diunggah di media sosial dapat dengan cepat menjadi viral dan mempengaruhi citra perusahaan atau lembaga tersebut. Oleh karena itu, profesional PR harus memiliki pemahaman yang baik tentang pengelolaan risiko reputasi dan respons cepat terhadap isu-isu yang muncul di dunia maya.

Selain itu, digitalisasi juga membawa kemungkinan terjadinya serangan atau krisis secara online. Dalam era media sosial, setiap orang dapat dengan mudah menyampaikan pendapatnya atau menyebarkan informasi yang tidak benar.

Ini dapat menimbulkan ancaman bagi citra dan reputasi perusahaan atau lembaga. Oleh karena itu, profesional Public Relations harus memiliki keahlian dalam mengelola krisis online dan merespons dengan cepat terhadap serangan atau rumor yang tidak benar.

Selain tantangan tersebut, digitalisasi juga mengubah cara PR mengukur keberhasilan kampanye dan aktivitas mereka. Dulu, pengukuran PR lebih didasarkan pada metrik kuantitatif seperti liputan media dan angka tiras.

Namun, sekarang dengan alat analitik digital, Public Relations dapat mengumpulkan data yang lebih terperinci tentang keterlibatan online, tingkat interaksi, dan dampak keseluruhan dari kampanye mereka. Mereka dapat melacak pengaruh sosial media, tingkat klik, dan bahkan sentimen publik terhadap merek atau organisasi mereka.

BACA JUGA: Public Relations (PR) – Tugas, Jenjang Karir dan Gaji

Hal ini memungkinkan PR untuk mengukur efektivitas kampanye mereka dengan lebih akurat dan membuat perubahan strategi jika diperlukan.

Selain itu, digitalisasi juga membuka pintu bagi PR untuk memanfaatkan berbagai alat dan teknologi baru dalam pekerjaan mereka.

Contohnya adalah penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dalam menganalisis data dan mencari tren yang relevan.

PR juga dapat memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mengotomatiskan tugas-tugas rutin seperti penjadwalan konten media sosial atau menangani permintaan pelanggan secara otomatis.

Dengan segala manfaat dan tantangan yang dihadirkan oleh digitalisasi, penting bagi para profesional PR untuk terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka.

Mereka perlu terus mempelajari tren dan perkembangan baru dalam teknologi digital serta mengikuti perkembangan platform media sosial yang terus berubah.

Dalam menghadapi perubahan ini, PR harus tetap beradaptasi dan fleksibel, serta memiliki pemahaman yang mendalam tentang strategi komunikasi online.

Dalam kesimpulan, digitalisasi telah mengubah wajah Public Relations. Profesional PR harus menguasai platform digital, memahami alat-alat dan teknologi baru, serta memiliki kemampuan untuk mengelola reputasi online dan merespons krisis secara efektif.

Digitalisasi memberikan peluang baru bagi PR untuk berinteraksi langsung dengan publik dan membangun hubungan yang lebih dekat, tetapi juga membawa tantangan baru yang harus dihadapi.

Dengan beradaptasi dengan perubahan ini, PR dapat memanfaatkan potensi penuh dari digitalisasi zaman dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka.

Share :

Related Articles