Virus Baru Langya Dalam Pantauan Media

Bayu Septian

14 August 2022 02:34

(Sumber Kompas.com - SHUTTERSTOCK/luchschenF)

Pandemi Covid-19 masih melanda sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia, dunia kembali dihebohkan dengan kemunculan virus baru yang dilaporkan juga berasal dari China.

Virus tersebut adalah Virus Langya atau LayV. Peneliti telah mengeluarkan peringatan mengenai virus baru ini. Dan 35 orang disebutkan telah terinfeksi virus Langya di China bagian timur.

Mengutip dari salah satu artikel pemberitaan, Virus Langya yang telah menginfeksi 35 orang di China, disebutkan memular dari hewan ke manusia. Hal itu serupa dengan virus Nipah dan Hendra yang bersifat zoonosis.

Analisis Media Monitoring

Ragam isu pemberitaan menyoroti kemunculan Virus Langya. Dalam artikel ini, akan dibahas isu apa saja yang bergulir selama sepekan terakhir (08 – 14 Agustus 2022).

Baca Juga:Menelisik Tradisi Merantau dan Stigma “Jakarta Keras”

Sebaran Isu Pemberitaan Virus Baru Langya

Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Taiwan mengkonfirmasi munculnya Langya henipavirus atau LayV

Isu utama tertuju pada Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Taiwan melaporkan sebanyak 35 orang terinfeksi Langya di China. Laporan tersebut diterbitkan dalam sebuah studi berjudul "A Zoonotic Henipavirus in Febrile Patients in Chin" yang diterbitkan di New England Journal of Medicine pada Kamis, 4 Agustus 2022.

Dalam laporan penelitian itu disebutkan bahwa henipavirus baru yang terkait dengan penyakit manusia penyebab demam telah diidentifikasi di China. Studi tersebut mengungkapkan 35 pasien dengan infeksi akut Langya di Provinsi Shandong dan Henan China.

Langya Menginfeksi 35 Orang di China

Kemudian isu kedua tertuju pada Langya ditemukan pada 35 pasien di Provinsi Shandong dan Henan. Sebagian besar mengalami gejala seperti demam, lemas, dan batuk. PBB sebelumnya telah memperingatkan dunia akan melihat lebih banyak penyakit seperti itu seiring dengan meningkatnya eksploitasi satwa liar dan perubahan iklim.

Infeksi Langya di China Diduga Berasal dari Hewan

Sorotan media selanjutnya tertuju pada isu yang diberitakan The Global Times, Langya tersebut ditemukan di sampel swab tenggorokan pasien yang memiliki riwayat kontak dengan hewan dalam waktu dekat. Virus tersebut juga masuk dalam kelompok henipavirus, diketahui dapat menginfeksi manusia. Virus tersebut biasanya dibawa oleh kelelawar buah.

Langya Masih Satu Kelompok dengan Nipah dan Hendra

Turut disebutkan pula dalam guliran isu di media bahwa Langya merupakan bagian dari Henipavirus, masih satu kelompok dengan dengan virus Hendra dan Nipah, yang sudah lama dikenal

Epidemiolog: Data terkait Langya belum solid

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman meminta kepada semua pihak untuk tetap waspada karena data terkait Langya (LayV) yang berasal dari China belum solid. Kehadiran atau timbulnya penyakit yang berasal dari hewan atau zoonosis ini, merupakan ancaman terhadap kesehatan global dan nasional.

Trending Kata Kunci dan Tagar

Kata kunci Langya, Henipavirus, Shandong, Virus, Layv dan Tagar #Health dan #Langyavirus paling besar dan banyak digunakan warganet maupun pemberitaan secara luas. Hal tersebut merujuk pada cuitan-cuitan warganet terkait dengan dukungan dan pemberitaan virus Langya atau LayV.

Kutipan Pernyataan Beberapa Tokoh

"Kehadiran atau timbulnya penyakit yang berasal dari hewan atau zoonosis ini, merupakan ancaman terhadap kesehatan global dan nasional."

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman

"Virus yang dari China, kita sedang pelajari karena baru keluar ya, dan belum masuk Variants Under Monitoring WHO"

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin

"Penyakit akibat Virus Nipah pernah beberapa kali mendapat perhatian khusus para ahli tentang kemungkinan penyebarannya yang lebih luas lagi, yang kita bersyukur sampai sekarang belum terjadi, Sementara itu, penyakit akibat Virus Hendra pertama kali dilaporkan di Australia, dengan kasus pada kuda dan juga manusia, dengan angka kematian yang cukup tinggi pula"

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama

Share :

Related Articles