Mengulik Penyebab Dibalik Fenomena Pengangguran Terdidik
Bayu Septian
03 August 2022 18:15
Mungkin sebagian dari Anda yang berstatus fresh graduate sedang mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan.
Sebelumnya, mungkin Anda sempat berpikir bahwa pendidikan dan gelar yang Anda kejar akan membawa Anda cepat menjemput pekerjaan impian. Gaji besar, lingkungan suportif dan jenjang karir yang menggiurkan.
Lalu, kini semuanya berubah.
Ratusan lamaran kerja yang Anda kirim melalui email hingga wawancara kerja yang selalu gagal lantas membuat Anda bertanya-tanya. Apa alasan dibalik sulitnya mencari kerja di masa sekarang?
Status Pengangguran Capai 8,4 Juta Orang
Jika Anda berpikir bahwa hanya Anda satu-satunya yang menganggur dan sulit mencari kerja, Anda salah.
Karena ada sekitar 8,40 juta orang yang masih menyandang gelar pengangguran per Agustus 2021.
Di berbagai platform media sosial, isu pengangguran ini paling banyak diperbincangkan di portal berita online, Twitter dan Instagram. Dalam 7 hari terakhir, dari 27 Juli sampai 2 Agustus 2022, isu pengangguran muncul sebanyak 767 di berbagai kanal media.
Isu ini juga menyoroti beberapa tokoh politik, salah satunya Sri Mulyani. Salah satu isu yang memengaruhi sentimen positif terkait Menteri Keuangan ini adalah :
Sri Mulyani mengklaim bahwa jumlah pengangguran turun dari 7,1 persen menjadi 6,5 persen. Ini menjadi salah satu sinyal pemulihan ekonomi, ditandai dengan banyaknya lapangan kerja baru yang dibuka melalui bursa kerja.
Sementara itu, salah satu isu yang memengaruhi sentimen negatif yaitu :
Tingginya inflasi mencapai 9,1% di Amerika Serikat (AS) dikhawatirkan akan menimbulkan pelemahan ekonomi di Indonesia. Oleh sebabnya, mengetatkan likuiditas dan menaikkan suku bunga jadi respons kebijakan dalam menangani peristiwa ini.
Tak hanya itu, tren kata kunci “pengangguran”, “ tingginya”, “inflasi”, ‘”pandemi”, “ekonomi” paling besar dan banyak dalam pemberitan secara luas.
1,2 Juta Diantaranya Pengangguran Terdidik
Melihat data diatas, menjadi bukti bahwa pengangguran masih jadi momok yang menakutkan bagi warga Indonesia.
Dari 8,4 juta yang menganggur, sebanyak 13,17 persen atau sekitar 1,2 juta orang diantaranya adalah pengangguran terdidik alias mereka yang bergelar diploma dan sarjana.
Kira-kira apa faktor dibalik tingginya angka pengangguran terdidik di Indonesia?
Dulu, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan rasanya lebih mudah, terlebih bagi mereka yang sudah menyandang gelar. Namun sekarang, jangan harap. Mengapa?
Apakah pesaing mendapatkan kursi kosong di perusahaan semakin banyak? Bisa dibilang begitu.
Sekarang ini, jumlah sarjana di Indonesia naik tiga kali lipat dibandingkan 2010, dari yang hanya 6,4 juta menjadi 17,06 juta orang.
Artinya, semakin ketat pula persaingan dalam dunia kerja. Tapi sebenarnya, itu bukanlah satu-satunya alasan. Alasan lainnya adalah minimnya kompetensi dan produktivitas para lulusan sarjana.
Kompetensi Sarjana Dinilai Masih Minim
Nadiem Anwar Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyoroti hal ini.
Ia menilai bahwa kompetensi dan produktivitas sarjana di dunia kerja masih sangat minim. Akibatnya, tenaga kerja berpendidikan jadi sulit terserap perusahaan-perusahaan besar, baik yang berskala nasional maupun internasional.
Namun, lain halnya dengan para jobseeker. Mereka menilai bahwa penyebab sulitnya mencari kerja karena sekarang ini karena pengalaman kerja menjadi salah satu syarat melamar di perusahaan.
Kerapkali, keresahan itu mereka melalui meme yang diunggah melalui media sosial. Salah satunya unggahan akun Twitter @collegemenfess.
Jika setiap perusahaan menginginkan calon pekerja yang memiliki riwayat lapangan kerja, lantas bagaimana mereka yang baru menyandang status fresh graduate tanpa pengalaman kerja?
Nadiem menimpali, bahwa jika tidak memiliki pengalaman kerja. Pastikan bahwa setiap sarjana memiliki pengalaman magang yang cukup. Baik magang saat kuliah maupun secara mandiri dalam jangka waktu 6 bulan.
"Anak-anak lulusan terbaik Indonesia pintar-pintar, tapi sulit menjadi produktif di dunia kerja. Mereka memerlukan masa orientasi satu hingga dua tahun, karena soft skill mereka belum kuat."
Nadiem Makarim dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat (3/7).
Tak hanya itu, metode pembelajaran di universitas pun perlu diubah menjadi metode pembelajaran berbasis proyek, yang difasilitasi oleh dosen dan pihak ketiga sebagai pihak yang akan mengevaluasi hasil proyek yang digagas mahasiswa.
Kemampuan berkolaborasi juga sangat diperlukan dalam dunia kerja. Pasalnya, kemampuan tersebut masuk dalam keterampilan nonteknis atau soft skill yang perlu dimiliki tenaga kerja.
Dengan mampu berkolaborasi dan beradaptasi, tenaga kerja dapat lebih mudah dalam menghadapi perubahan dalam lanskap dunia kerja.
Tentunya, ini merupakan tantangan dan peluang bagi dunia pendidikan untuk mempersiapkan SDM di masa depan.
Upaya ini bertujuan agar seluruh lulusan baru tidak terkejut saat memasuki dunia kerja, sehingga dapat beradaptasi dengan cepat dan mengurangi angka pengangguran terdidik.
85% Keberhasilan Kerja Didukung Oleh Soft Skills
Dalam dunia kerja, tentunya perusahaan ingin memilih kandidat terbaik untuk bergabung di perusahaan mereka.
Sehingga, tak heran jika mereka selektif dalam memilih pegawai baru dari sekian banyak pelamar yang memperebutkan satu posisi.
Rentetan ujian seleksi masuk kerja adalah salah satu cara mereka dalam menyeleksi calon pekerja yang memiliki satu visi misi dengan perusahaan.
Kepribadian, sikap, fleksibilitas bekerja, keterampilan kolaborasi dan adaptasi menjadi beberapa penilaian yang bisa menentukan apakah Anda memiliki kesempatan diterima atau tidak.
Keterampilan tersebut biasa kita sebut dengan istilah soft skills.
Tahukah Anda?
Bahwa soft skills dapat membantu Anda dalam melakukan pekerjaan lebih efektif.
Mann dan Charles Riborg sempat melakukan penelitian “A Study of Engineering Education” yang hasilnya mengungkapkan bahwa 85% keberhasilan kerja didukung oleh soft skill dan 15% didukung oleh keterampilan teknis (hard skills).
Lalu, apa akibatnya jika karyawan di perusahaan tidak memiliki soft skills?
The Cost of Poor Communications, sebuah survei yang dilakukan terhadap 400 perusahaan dengan rata-rata karyawan sebanyak 100.000 menyebutkan komunikasi yang kurang memadai antar karyawan menyebabkan kerugian sebesar $62,4 juta atau sekitar 899 juta rupiah per tahun.
Fakta ini menunjukkan betapa pentingnya soft skills dalam bekerja.
Berikut merupakan 10 skills yang dapat berguna dalam memudahkan Anda dalam dunia kerja. Empat tipe skill yang harus dikuasai diantaranya, problem solving, self management, kerjasama tim dan penggunaan dan pengembangan teknologi.
Dari ulasan dan alasan dibalik fenomena ini, apa langkah Anda kedepan untuk tidak jadi bagian dari golongan pengangguran terdidik dan menjemput pekerjaan impian Anda?