Efektivitas Bursa Kerja Pemerintah Dalam Mengurangi Pengangguran

Bayu Septian

02 August 2022 03:36

bursa-kerja-job-fair
Pic by : antaranews

Beberapa waktu silam, ribuan para pencari kerja berbondong-bondong datangi event job fair hanya dengan satu tujuan yakni mencari pekerjaan.

Persaingan untuk mendapatkan kursi kosong dan posisi di perusahaan nyatanya jadi sorotan bagi banyak pihak.

Tak hanya itu, efektivitas bursa kerja (job fair)) dalam menyerap tenaga kerja dan mengatasi pengangguran juga dipertanyakan.

Lantas, apa sebenarnya alasan dibalik membludaknya para pencari kerja dalam mendapatkan pekerjaan?

Sejauh mana bursa kerja pemerintah dapat menangani pengangguran?

Dan apakah strategi pemerintah dalam menangani pengangguran akan berhasil?

Job Fair, Cara Pemerintah Atasi Pengangguran

Dahulu, untuk mencari informasi lowongan kerja, biasanya kita harus mendatangi satu per satu perusahaan yang ingin kita lamar.

Belum lagi, kesenjangan informasi juga membuat pencari kerja sulit mendapatkan informasi tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan.

Tetapi, sekarang melamar kerja rasanya menjadi lebih mudah.

Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan memfasilitasi sebuah wadah yang mempertemukan pencari kerja (jobseeker) dengan pemberi kerja (perusahaan, yang dikenal dengan Program Bursa Kerja alias Job Fair.

Program ini dilakukan untuk memberikan fasilitas pencari kerja melalui bursa kerja baik secara online maupun offline.

Melalui jobfair, para pekerja nantinya bisa mengikuti sistem seleksi di perusahaan secara langsung. Kemudian, pihak perusahaan akan memutuskan siapa yang berhak mengisi posisi yang kosong tersebut.

Job fair digadang-gadang jadi program pemerintah untuk menekan angka pengangguran di Indonesia. Tetapi sebenarnya seberapa efektifkah program ini untuk mengurangi pengangguran?

Tingginya Antusias Para Pencari Kerja Datangi Job Fair

Siapa yang disini pernah datang ke Job Fair?

Program pemerintah yang satu ini digelar secara rutin dengan tujuan memfasilitasi jobseeker dalam memberikan informasi soal lowongan pekerjaan.

Selama pandemi dua tahun ke belakang, event job fair tetap dilakukan secara virtual. Bahkan, partisipasi para pencari kerja juga tak pernah surut.

Jobstreet, sebuah perusahaan penyedia tenaga kerja mengungkapkan bahwa selama pandemi, jumlah pelamar kerja meningkat 89%. Ini bisa terjadi karena melemahnya ekonomi sehingga banyaknya pekerja yang terpaksa di-PHK.

Namun, di situasi sekarang, job fair sudah kembali diselenggarakan di tiap-tiap kota. Tingginya euforia para pencari kerja bisa dilihat dari ramainya tiap event job fair yang sedang berlangsung.

Baru-baru ini, job fair di beberapa kota dipadati para jobseeker yang akan melamar kerja. Jakarta Job Fair, salah satunya. Gelaran pameran bursa kerja yang dimulai 27 Juli sampai 11 Agustus ini diikuti lebih dari 200 perusahaan swasata dengan 20 ribu lowongan kerja.

Yang tak kalah ramai, job fair yang diselenggarakan oleh Kabupaten Bandung. Bertempat di Mall Thee Matic, Majalaya, ribuan jobseeker datangi event tersebut untuk mencari pekerjaan.

Bahkan video yang diunggah akun Twitter @QaillaAsyiqah memperlihatkan riuhnya jobseeker yang berdesak-desakan datangi tiap stand yang ada.

https://twitter.com/QaillaAsyiqah/status/1552961202258677765?t=AKQqAyXzwAXccXIkfiFxlQ&s=09

Tak lama setelah diunggah, video ini sempat viral di media sosial. Banyak dari warganet yang ikut berkomentar atas peristiwa ini.

Warganet menanggapi video viral ini dengan berbagai tanggapan. Mulai dari membandingkan lapangan kerja dan jumlah pengangguran, TKA China hingga komentar satir soal program pemerintah yang sanggup menyediakan 10 juta lapangan kerja.

job-fair
job-fair
job-fair

Di media sosial dan portal berita sendiri, kata “job fair” cukup banyak disebutkan oleh warganet. Sebanyak 499 penyebutan kata “job fair” mulai tanggal 25 hingga 31 Juli 2022. Mayoritas mereka menyebut kata tersebut dalam media sosial Instagram dan portal berita.

job-fair
Gambar : Pergerakan Data 28-31 Juli / Source : Kazee Media Monitoring

Pelaksanaan job fair di tiap daerah erat kaitannya dengan Dinas Ketenagakerjaan atau Disnaker.  Dibawah Kementerian Ketenagakerjaan, Disnaker mencanangkan program pameran bursa kerja tersebut guna menekan angka pengangguran.

Gambar : Top Organisasi / Source : Kazee Media Monitoring

Dalam pantauan media Kazee, provinsi Maluku menjadi provinsi teratas yang paling banyak menyebutkan kata job fair. Yang tidak banyak orang tahu, tingkat pengangguran di Maluku juga cukup tinggi sehingga pemerintah setempat menyelenggarakan Job Fair selama setahun dua kali.

Gambar : Top Lokasi / Source : Kazee Media Monitoring

Melalui surveinya, Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa Maluku sendiri masuk ke dalam 8 provinsi dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi dengan indeks 6,44 pada periode Februari 2022 (bps.go.id). Selain Maluku, ada pula provinnsi Maluku Utara dengan TPT 4,98 dan DKI Jakarta 8,00.

Melihat antusias yang tinggi dari jobseeker dan ramainya perbincangan bursa kerja di media. Lantas, apa yang menjadi penyebab membludaknya pencari kerja yang datang ke job fair? Mari kita analisis lebih lanjut.

Imbas Pandemi Covid-19

Dampak pandemi dua tahun kebelakang nampaknya membawa petaka bagi para pekerja. Saat itu, banyak karyawan yang di-PHK. Total sekitar 11,53 juta orang dari angkatan usia kerja yang terpaksa kehilangan pekerjaan karena terdampak covid.

Hingga Februari 2021, sebanyak 8,4 juta jiwa berstatus pengangguran atau 5,83% dari total angkatan kerja yang berjumlah 144,04 juta jiwa. Didominasi oleh mereka yang berusia 20-24 tahun sebanyak 2,5 juta. Angka yang fantastis, bukan?

Source: bps.go.id

Meski jumlah ini lebih rendah dibandingkan Agustus 2021 dengan 9,1 juta jiwa (6,49%), namun ketersediaan lapangan kerja dan persaingan yang ketat juga jadi salah satu alasan sulitnya mencari pekerjaan.

Walaupun begitu, antusias para pekerja tak pernah surut. Mereka mulai memadati kembali event job fair offline untuk mendapatkan pekerjaan impian mereka.

M Zumhan selaku Kabid Perencanaan dan Informasi Pasar Kerja Disnaker Kabupaten Bandung menyatakan alasan mengapa job fair di Majalaya, Kabupaten Bandung ramai dipadati jobseeker.

“Tingginya antusias para pencari kerja dinilai imbas dari pandemi Covid-19. Banyak yang mengalami putus kerja dan banyak pula pelamar yang berstatus fresh graduate.”

Kabid Perencanaan dan Informasi Pasar Kerja Disnaker Kabupaten Bandung

Isu Tenaga Kerja Asing dari China

Dalam 10 tahun terakhir, jumlah tenaga kerja asing asal China yang masuk ke Indonesia semakin meningkat. Semenjak isu ini beredar, reaksi negatif kerap muncul dari masyarakat. Keberadaan TKA ini dinilai akan menggeser dan mengambil alih pekerjaan tenaga lokal.

Selama di Indonesia, para tenaga kerja asing tersebut dipekerjakan sebagai buruh kasar. Padahal, sebetulnya posisi tersebut bisa diisi oleh tenaga kerja lokal.

Rendahnya daya serap tenaga kerja di dalam negeri juga menjadi pemicu banyaknya usia produktif yang akhirnya menganggur. Ini bisa terjadi karena tenaga kerja dalam negeri dianggap kurang memiliki skill dengan industri yang dibutuhkan saat ini.

Partisipasi Angkatan Kerja Naik 0,98%

Selain karena efek pandemi, ternyata Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,98%. Pada Februari 2022 mencapai 69,96% (144,01 juta orang). Angka itu naik 4,20 juta dari tahun sebelumnya, yang masih 68,08% pada Februari 2021. (bps.go.id)

Selama 1 tahun kebelakang, tingkat partisipasi kerja dilihat dari kelompok umur cenderung merata. Penduduk dengan rentang usia 20-54 tahun yang bekerja dan tidak bekerja namun sedang aktif mencari kerja.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat pada 2021 silam, sebanyak 2,7 juta jiwa terdaftar sebagai pencari kerja di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 1.686.273 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 1.051.526 jiwa adalah perempuan. Data BPS menyebut, pencari kerja terbanyak terdapat di Jawa Barat.

Penutup

Bursa kerja pada dasarnya diselenggarakan untuk menekan angka pengangguran. Pertemuan antara pencari kerja dengan pemberi kerja dalam sebuah wadah bernama job fair seharusnya menjadi solusi yang efektif bagi mereka yang mencari pekerjaan. Sayangnya, tak seluruhnya lembaga penyelenggaran punya data akurat seberapa banyak calon pekerja yang bisa meraih pekerjaan secara pasti pada perusahaan yang membuka lowongan kerja dalam job fair.

Share :

Related Articles