Ini Alasan Gen Z Memilih Menganggur Daripada Tidak Bahagia di Tempat Kerja

Bayu Septian

22 July 2022 05:55

gen-Z-memilih-menganggur-daripada-tidak-bahagia-di-tempat kerja
Photo created by benzoix - www.freepik.com

Setiap orang tentunya menjadikan pekerjaan sebagai salah satu penopang kehidupan dan sumber penghasilan. Tapi, ternyata hal itu tidak selamanya benar lho, guys!

Pilih Nganggur Dibandingkan Kerja Tapi Nggak Bahagia

The Randstad, agen tenaga kerja dari Amerika Serikat (AS), baru-baru ini menyurvei 35 ribu karyawan yang terdiri dari kalangan Gen Z dan Milenial untuk mengetahui pandangan mereka tentang dunia kerja.

Hasil penelitiannya pun cukup mengejutkan. Kalangan Gen Z dan Milenial ternyata lebih memilih menganggur daripada tidak bahagia di tempat kerja.

Sebanyak 41 % dari gen Z ternyata lebih memilih menganggur daripada tidak bahagia di tempat kerja. Hal ini diungkapkan dalam data dari sebuah studi yang dilakukan oleh Randstad Workmonitor tahun 2022.

Workmonitor, 2022

Berbeda dengan generasi sebelumnya yang memprioritaskan pekerjaan, Gen Z justru menganggap bahwa pekerjaan bagi mereka tidak terlalu penting. Sedangkan, kesehatan mental saat bekerja jadi aspek yang diprioritaskan.

“Kerja Untuk Hidup, Bukan Hidup Untuk Kerja..”

Mungkin kira-kira begitulah tagline yang tepat bagi kaum gen Z dan milenial dalam bekerja.

Bagi mereka, bekerja memang perlu. Namun, jika pekerjaan yang dijalani sudah menyiksa kesehatan mental, mereka lebih memilih resign dari perusahaan tempat mereka bekerja.

Hal ini diperkuat dengan data penelitian yang menyatakan bahwa sebanyak 56 persen karyawan berusia 18 hingga 24 tahun menjawab kalau mereka lebih suka berhenti dari pekerjaannya daripada bekerja di perusahaan yang menghambat mereka untuk menikmati hidup.

Gen Z (usia 18-24 tahun) dan Millennial (25-34 tahun) menilai gaya hidup dan kebahagiaan adalah prioritas utama, sementara pekerjaan dan nilai-nilai perusahaan berada di urutan kedua.

Baca Juga : Serba Serbi Sorotan Soal Isu Pemblokiran Penyelenggara Sistem Elektronik oleh Kominfo

Kesehatan Mental Jadi Nomor 1

Bagi gen Z, kesehatan mental menjadi prioritas utama. Banyak faktor yang dapat memengaruhi terganggunya kesehatan psikologis pekerja seperti beban kerja, masalah gaji, pressure dari atasan, lingkungan maupun rekan kerja yang toxic.

Tekanan dari perusahaan tempat bekerja akan berimbas pada psikologis dan emosional pekerja. Beberapa diantaranya juga mengalami gejala psikosomatis yang memengaruhi kesehatan fisik lho, guys!

Sebenarnya, isu kesehatan mental atau mental health ini sering diperbincangkan oleh banyak kalangan terutama dalam dunia kerja.

Melalui pantauan Kazee Media Monitoring, berikut grafik ekspos pemberitaan terkait kesehatan mental dalam dunia kerja.

Kazee Media Monitoring, Periode 17-22 Juli

Diskusi daring dalam berbagai platform media sosial mengenai kesehatan mental para gen Z lambat laun semakin meningkat.

Banyak dari mereka yang semakin paham dan menyadari seberapa pentingnya kesehatan mental dalam bekerja. Pemahaman ini membawa mereka untuk menemukan sebuah penyelesaian terhadap isu ini dalam dunia kerja.

Work life balance dianggap menjadi salah satu solusi yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental.

Menurut Forbes, bagi milenial dan gen Z, work life balance berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi gaya hidup melalui pekerjaan yang dilakukan.

Penelitian yang mencakup partisipan yang tersebar di wilayah Eropa, Asia Pasifik, dan Amerika ini, menyatakan bahwa sebanyak 50% pekerja ingin menemukan keseimbangan yang lebih baik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Source : Workmonitor, 2022

Bagi gen Z, pemenuhan gaya hidup akan memengaruhi tingkat kebahagiaan mereka. Itulah sebabnya milenial dan gen Z, akan mencari karir yang dapat memenuhi gaya hidup mereka.

Sekilas beginilah keluhan mereka tentang dunia kerja melalui cuitan di akun Twitter pribadi mereka.

https://twitter.com/deeydnr/status/1517919656954466309?t=TOxIzyEpNDbxruPGdbCXxw&s=09
Ragam Cuitan Warganet

Dari cuitan warganet diatas, kita bisa simpulkan bahwa tidak adanya work life balance dengan kebiasaan lembur akan berimbas pada kesehatan fisik dan psikologis pekerja.

Selain masalah kesehatan mental, kalangan Gen Z dan milenial juga dikenal pemlih soal pekerjaan.

Mereka memiliki keterbukaan yang besar untuk memahami keunikan tiap individu. Oleh karenanya, penting bagi mereka untuk memastikan bahwa mereka memilih perusahaan yang berpihak pada kesetaraan, keberagaman dan inklusivitas.

Source : Workmonitor, 2022

Ini dibuktikan bahwa sebanyak 41 persen responden mengaku tidak akan memilih tempat kerja yang tidak mempromosikan keragaman dan inklusivitas.

Psikolog Klinis Dewasa, Tara de Thouars, mengatakan, gen Z memiliki sudut pandang berbeda terkait pekerjaan dibanding generasi sebelumnya.

“Gen Z adalah generasi yang sangat terbuka dengan perbedaan. Penelitian McKinsey and Company menunjukkan beberapa kategori perilaku gen Z yang membedakannya dengan generasi-generasi sebelumnya.  Salah satunya adalah Undefined ID, di mana generasi ini menghargai setiap individu tanpa memberi label tertentu” ujarnya.

Prioritas lainnya yang menurut mereka penting dalam pekerjaan adalah gaji, insentif serta fleksibilitas dalam lokasi dan jam kerja. Mereka juga menginginkan kantor yang memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan diri secara profesional.

Penutup

Sudah seharusnya sektor perusahaan swasta maupun negeri mulai sadar akan kebutuhan dukungan kesehatan mental para pekerja. Adanya bimbingan psikologis secara gratis dirasa dapat membantu para pekerja dari Gen Z maupun milenial mengurangi tingkat stres mereka di tempat kerja.

Share :

Related Articles