Saat ini jumlah organisasi data yang dikumpulkan belum pernah terjadi sebelumnya, dan mungkin sulit untuk menentukan apa yang harus dilakukan dengan data, aspek data apa yang penting, dan bagaimana hal itu harus dikelola. Konsep Big Data teknologi canggih yang memungkinkan volume data yang besar untuk mendorong pengambilan keputusan yang lebih terintegrasi mengubah dunia bisnis, dan bahkan lebih khusus lagi, profesi Public Relations. Praktisi harus berkembang dengan transformasi ini melalui penggabungan Big Data ke dalam fungsi Public Relations tradisional.
Pentingnya Big Data bukan jumlah besar informasi yang tersedia, tetapi sebaliknya, itu adalah nilai yang dapat diciptakan untuk meningkatkan kinerja, dan lebih memahami pesaing, konsumen, karyawan, media, dan publik lainnya. Organisasi harus mempelajari dan mengenali bahwa data saja tidak menjawab “mengapa” atau menjelaskan wawasan yang disimpulkan. Mengungkap wawasan tentang Big Data membutuhkan elemen manusia dan pemikiran kritis untuk menciptakan makna.
Dalam bahasa Indonesia, big data berarti data besar yang perlu digali oleh para PR profesional dalam membantu proses marketing. Pada penerapannya, kita harus memiliki komponen ‘5V’, yaitu volume (jumlah), velocity (kecepatan), variety (variasi), veracity (ketelitian), dan value (nilai).
Menurut Agung Laksamana selaku Ketua Umum Perhumas, Dalam era Revolusi Industri 4.0, kita disajikan dengan kecanggihan dan kemutakhiran teknologi dari Internet of Things (IoT), Big Data, Artificial Intelligence (AI), human-machine interface, Cloud, Computer Quantum, robot, 3D printing, Augmented Reality and Virtual Reality (AR/VR), hingga Mixed Reality.
Menyongsong era Revolusi Industri 4.0 dgn Society 5.0, praktisi serta profesional PR harus optimis dapat melaksanakan berbagai program kehumasannya secara maksimal. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, membuat orang dengan mudah membuat konten digital. Menurut sebuah survey ada kurang lebih 72.5 juta contents dihasilkan google tahun 2016 lalu. Artinya kita terekspose dengan rata-rata 300,000 konten setiap hari. Kita sendiri dibombardir oleh iklan dengan 30,000 advertising message setiap hari. Pada era baru ini, praktisi dan profesional PR dituntut untuk selalu belajar hal baru. Praktisi dan profesional PR perlu membangun kompetensi baru serta memahami berbagai perangkat baru yang bisa menunjang pekerjaannya.
Strategi PR, Big dataDavid McJannet, wakil president marketing Hortonworks membantu kita dalam memahami apa itu big data, yakni “Cara atau proses dalam membangun aplikasi analitik baru berdasarkan jenis data baru, dalam rangka untuk lebih melayani pelanggan dan mendorong keunggulan kompetitif yang lebih baik.” Artinya, tiap industri memiliki data besar yang berbeda – beda, sesuai dengan apa yang di produksi, target pasar, serta media pemasarannya.
Berikut adalah cara menggali big data:
1. Tahu keinginan perusahaan
Keinginan ini meliputi apa yang akan diproduksi, siapa target pasarnya, dan media apa yang paling efektif. Jika kita tidak mengetahui ketiga hal tersebut, itu sama saja dengan mencari jarum dalam tumpukan jerami. Selanjutnya, kita juga perlu menentukan influencer sosial, kampanye segmentasi, melakukan beberapa pengujian pada kampanye, serta mengevaluasi saluran. Mengetahui apa keinginan perusahaan akan membantu kita dalam memulai pencarian data.
2. Sistem yang digunakan
Dalam penerapannya, sistem manajemen pemasaran terpadu paling populer dalam menyuling data dalam data besar. Kenapa? Karena manajemen pemasaran terpadu sering dilengkapi dengan kemampuan otomatisasi. Jika mengolah data besar diibaratkan seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami, maka manajemen pemasaran terpadu adalah detector logamnya.
3. Penerapan
Meski sudah sukses dalam mencari tahu apa yang ingin diketahui, namun pada kenyataannya, beberapa perusahaan malah gagal pada proses penerapannya. Sangat menggembirakan memang mengetahui segala aspek penunjang proses marketing, namun tanpa aksi, tentu saja semua itu akan sia-sia. Misalnya, bila kita sudah mengetahui siapa influencer produk kita, menemukan mereka, kemudian membiarkan mereka mencoba produk atau jasa kita akan sangat disarankan. Seandainya mereka suka, produk kita akan langsung melambung. Bila gagalpun kita masih bisa memetik pelajaran tentang apa yang kurang dari produk kita. Ini akan menambah nilai kualitas produk. Penggunaan data besar dalam strategi marketing itu berfokus pada apa yang akan menjadi tren di bidang industri yang kita jalankan. “Pengambilan keputusan berdasarkan data jauh lebih baik ketimbang hanya mengandalkan intuisi,” ucap Bruce Berger, marketing and PR professor.