Penggunaan Hashtag untuk Keberhasilan Kampanye Digital
Bayu Septian
19 June 2019 19:30
Di era modern seperti ini, media sosial menjadi primadona sebagian masyarakat untuk mengonsumsi berita dan juga kabar terkini. Bahkan platform media sosial kini sudah menjadi kebutuhan masyarakat dan dapat menjangkau berbagai belahan dunia. Dalam dunia media sosial, biasanya pengguna media sosial (netizen) mencuitkan atau mengungkapkan perasaan yang sedang dialaminya. Hal tersebut bisa memancing interaksi dari para pengguna media sosial yang lain. Seperti yang diungkapkan pengguna media sosial berikut:
Dengan cuitan yang disebarluaskan tersebut, pengguna media sosial dapat mengetahui informasi apa saja yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial dengan hashtag alias tagar alias tanda pagar yang digunakan. #BijakBerplastik merupakan gerakan kampanye yang dilakukan Danone-Aqua untuk berkontribusi membangun sebuah budaya baru dengan mendaur ulang dan kesadaran serta keterlibatan dalam menjaga lingkungan. Karena sampah plastik merupakan masalah yang krusial untuk segera ditangani dengan baik dan perlunya sosialisasi kepada masyarakat.
Hashtag, merupakan fitur dengan simbol tanda pagar yang diikuti kata kunci dan dicetuskan pertama kali oleh Twitter pada Agustus 2007. Kini, Facebook dan Instagram pun sudah memiliki fitur yang sama. Melalui hashtag, informasi dapat berkembang dan dapat muncul ke permukaan untuk diperbincangkan kembali dalam dunia nyata, bahkan pengguna media sosial dapat mengikuti pembicaraan dengan tema tertentu. Oleh karena itu, penggunaan hashtag sangat disarankan untuk menunjang keberhasilan kampanye digital agar informasi mudah ditemukan.
Meskipun sebagai penanda atau simbol dalam dunia digital, hashtag sudah melangkah lebih jauh, terutama dalam konteks sosial politik. Melalui hashtag, gerakan kampanye berbagai merek, instansi, sosial, bahkan politik sukses mempengaruhi khalayak. Seperti beberapa waktu yang lalu, #2019GantiPresiden menjadi sorotan dan sukses menggiring opini publik, sehingga tema tersebut terus-menerus diperbincangkan sampai saat ini.
Tak hanya itu, kampanye digital dengan konteks kemanusiaan (sosial) pun dapat digerakan menggunakan hashtag, seperti #PrayForSelatSunda, #PrayForNewZealand dan masih banyak lagi. Kesuksesan kampanye digital tersebut merupakan suatu strategi yang dapat digunakan instansi dalam mengoptimalkan media sosial, karena penggunaan hashtag memiliki pengaruh yang kuat. Tak heran para pengguna media sosial ramai-ramai memantau dan bertukar informasi satu sama lain dengan menghadirkan hashtag tersebut untuk membangkitkan kesadaran bersama.
Hashtag dapat ditelusuri dan dapat diklik, sehingga pengguna media sosial dapat dengan mudah menemukan informasi, percakapan, dan konten yang sesuai dengan minat mereka. Melalui fungsi hashtag, gerakan kampanye digital dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan merek, citra, isu, tokoh. Sehingga dapat membentuk positioning, awareness, dan identity. Selain itu, hashtag dapat berpengaruh pada ukuran engagement (interaksi) setiap konten yang dipublikasikan.
Hashtag yang baik adalah hashtag yang dapat mengkategorikan konten dan relevan dengan informasinya. Dalam Twitter, hashtag berfungsi untuk menggerakan kampanye yang dapat menembus menjadi Trending Topic bahkan Trending Topic World Wide. Atau dapat dikatakan tema yang diperbincangkan pengguna media sosial mencapai kapastitas yang banyak dan tidak berbatas waktu dan wilayah.
Kehadiran Hashtag
Chris Messina, merupakan salah satu sosok pencetus hashtag pada Twitter yang merupakan salah satu advokat spesialis di bidang open source. Seperti yang dikutip dari Tirto, dalam wawancaranya Chris Messina mengungkapkan, tercetusnya ide hashtag salah satunya dipengaruhi banyaknya pengguna media sosial Twitter di San Fransisco yang merasa bingung bagaimana mengikuti suatu kisah dengan tema tertentu. Rekan Chris Messina, Stowe Boyd yang terlibat dalam penciptaan hashtag Twitter mengungkapkan bahwa tanda pagar merupakan ide yang terinspirasi penggunaan simbol yang sama, dan dapat digunakan IRC (Internet Relay Chat). IRC adalah sistem perpesanan yang hadir pada awal keberadaan internet sekaligus pencetus simbol tanda pagar di dunia maya untuk membuka kanal atau ruang percakapan.
Agar dapat memaksimalkan penggunaan hashtag untuk penggunaan kampanye digital, perlu dilakukan pengkajian terlebih dahulu, supaya konten dan hashtag yang digunakan tepat sasaran. Biasanya dalam konten yang tersebar di media sosial sudah terindeks oleh sistem jaringan media sosial, bahkan pengguna media sosial sering menemukan hashtag yang tidak relevan dengan konten (noise). Karena data pembicaraan atau percakapan terkait suatu objek yang tersebar di media sosial sangatlah banyak jumlahnya, untuk itu Kazee Media Analytics mempunyai data yang relevan terkait konten dan juga hashtag yang digunakan (voice). Dengan Kazee Media Analytics, dapat membantu instansi, tokoh, bahkan merek dagang yang diperbincangkan di media sosial dan dari data tersebut dapat digunakan sebagai acuan strategi pemasaran, bahkan memantau aktivitas kompetitor dalam media sosial.
Related Articles
No related posts