Kejar Percepatan Vaksinasi Covid-19, Bagaimana Sentimen Publik Terhadap Kementerian?

Bayu Septian

03 August 2021 15:28

Ilustrasi Percepatan Vaksinasi Covid-19 (Sumber: Liputan 6)
Ilustrasi Percepatan Vaksinasi Covid-19 (Sumber: Liputan 6)

Setelah ditetapkannya Covid-19 sebagai pandemi global pada Maret 2020, hampir seluruh negara di dunia mengalami krisis. Berbagai kebijakan dan bantuan sosial pun terus digencarkan agar masyarakat tetap dapat bertahan di situasi krisis ini. Dalam hal ini, Kementerian sebagai lembaga pemerintahan terpusat mempunyai peranan penting untuk menangani pandemi ini, baik dari sisi ekonomi, kesehatan, terobosan teknologi, maupun pangan.

Di awal 2021, Indonesia kedatangan vaksin yang dibelinya dari negara China, yaitu Sinovac. Melihat efikasi vaksin Sinovac yang mencapai 65,3% dan sudah diberi izin penggunaannya oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah Indonesia memutuskan untuk menggunakan vaksin Sinovac ke dalam program percepatan vaksinasi Covid-19.

Sejalan dengan hal itu, Kementerian di Indonesia ramai mensosialisasikan program vaksinasi untuk mencegah penularan virus corona yang bekerja sama dengan pemerintah daerah serta berbagai perusahaan/instansi maupun institusi pendidikan.

Melalui teknologi big data, Kazee Media Monitoring telah memetakan berbagai fenomena yang ditangkap berdasarkan isu atau topik yang berkembang selama periode Juli 2021.

Dengan menggunakan kata kunci ("Vaksin" OR "Vaksinasi") AND ("Covid-19" OR "Corona" OR "Korona"), ditemukan berbagai data yang relevan untuk melihat persepsi atau sentimen dari masyarakat terkait percepatan vaksinasi Covid-19.

Perbandingan Ekspos Kementerian (Sumber: Kazee Media Monitoring)
Perbandingan Ekspos Kementerian (Sumber: Kazee Media Monitoring)

Berdasarkan jumlah ekspos di dalam media online maupun media sosial, Kementerian Kesehatan menempati peringkat pertama dibandingkan 9 kementerian lainnya yang berada pada radar 10 peringkat tertinggi dengan total 12,518 data. Hal ini menunjukkan bahwa Kementerian Kesehatan mempunyai peranan penting dalam penanganan pandemi Covid-19 ini. Dari data tersebut ditemukan bahwa sebagian masyarakat masih enggan untuk divaksin. Sehingga diperlukan berbagai upaya dan kebijakan agar dapat terealisasi dengan baik sesuai harapan masyarakat maupun Kementerian/Lembaga.

Lalu, bagaimana dengan sentimen media terkait Kementerian Kesehatan?

Selama periode Juli 2021, data terkait Kementerian Kesehatan bergerak fluktuatif yang memperoleh 61,354 data. Data tersebut terdistribusi pada Media Online sebanyak 34,247 pemberitaan, 26,838 cuitan dalam media sosial Twitter,  94 unggahan pada Instagram, 77 konten video dalam YouTube, 72 artikel pada Blog, 24 berita dalam Media Cetak, serta 2 tayangan pada TV Program.

Pada 07 Juli 2021, terjadi puncak ekspos dengan perolehan 4,748 data yang didominasi oleh cuitan netizen dalam linimasa Twitter sebanyak 3,353 konten. Topik yang dibicarakan di antaranya: 1) Netizen berharap adanya kerja sama antara Kemenkes dengan jaringan ritel Indomaret - Alfamart untuk percepatan vaksinasi, 2) Terkait obat Ivermectin, netizen sebut pelindung masyarakat adalah BPOM, bukan Kemenkes, 3) Protes netizen terkait nakes yang diberi vaksin Sinovac, melainkan para pejabat diberi vaksin AstraZeneca.

Berbeda dengan itu, puncak ekspos pada Media Online terjadi pada 05 Juli 2021 sebanyak 1,885 data. Topik yang ramai diberitakan di antaranya: 1) Kementerian Kesehatan mengintensifkan tes dan pelacakan kasus Covid-19 pada sejumlah daerah dengan persentase jumlah kasus positif (positivity rate) di atas 25 persen, 2) Kementerian Kesehatan menyediakan pelayanan obat gratis kepada pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah melalui layanan telemedicine, 3) Inisiator platform LaporCovid-19 Irma Hidayana mengkritisi langkah pemerintah yang lebih banyak menyuntikkan vaksin virus corona kepada petugas pelayanan publik ketimbang tenaga kesehatan.

Adapun hal lainnya yang dapat dikaji melalui pendekatan pemetaan topik selama periode ini dan menggunakan Media Online sebagai basis analisis, di antaranya:

Topik yang Berkembang dalam Media Online (Sumber: Kazee Media Monitoring)

12 topik di atas merupakan informasi yang berkembang dan ramai diberitakan dalam Media Online. Yang mana topik mengenai layanan telemedicine bisa digunakan oleh pasien isolasi mandiri (isoman) dengan fasilitas konsultasi dokter sampai pengiriman obat gratis. Berkaitan dengan itu, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan 11 perusahaan startup pengembang layanan telemedicine di Indonesia. Topik ini memiliki bobot sebesar 58,5% karena intensitas pemberitaan sangat masif.

Berkaitan dengan proses percepatan vaksinasi Covid-19, Kazee Media Monitoring menemukan fenomena yang dihimpun menggunakan media sosial Twitter sebagai basis analisis dalam mengukur persepsi masyarakat.

Perbandingan Ekspos Terkait Vaksinasi Covid-19 (Sumber: Kazee Media Monitoring)

Sebanyak 48,3% netizen menyatakan sudah menerima vaksin, baik dosis pertama maupun dosis kedua. Kemudian, 41,8% netizen mengaku tidak akan atau belum mau divaksin disebabkan oleh beberapa hal. Dan 9,9% netizen masih ragu-ragu antara ingin divaksin namun terdapat beberapa hal yang mengganggu pikirannya.

Dengan proporsi 48,3%, hal ini mengindikasikan bahwa program percepatan vaksinasi Covid-19 yang digaungkan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan kementerian lainnya dapat dikatakan berhasil melalui pendekatan sosialisasi serta edukasi masif akan bahaya mutasi virus corona juga kian berkembang dengan berbagai varian. Sehingga vaksinasi dipercaya sebagai upaya dalam membentuk sistem kekebalan tubuh dan memberi perlindungan dari virus corona.

Di lain sisi, 41,8% dapat dikatakan masih menjadi pekerjaan rumah untuk Kementerian Kesehatan dan kementerian lainnya, agar masyarakat mengikuti program percepatan vaksinasi Covid-19. Dari angka tersebut dapat ditelisik berbagai alasan yang melatarbelakangnya, di antaranya: 1) Netizen menyatakan tidak percaya dengan vaksin, 2) Opini netizen terkait kasus cacat dan kematian akibat vaksinasi tidak pernah diungkap, 3) Netizen menyatakan tidak mau divaksin karena takut berefek KIPI, 4) Netizen mengungkapkan adanya pasien meninggal akibat covid, meskipun sudah dua kali vaksin, 5) Netizen sebut orang yang belum divaksin karena takut efek sampingnya.

Berkaitan dengan  itu, sebagian masyarakat yang menyatakan tidak akan/belum mau divaksin berasal dari kalangan masyarakat anti vaksin serta penentang kebijakan pemerintah.

Peta Percakapan Terkait Kementerian Kesehatan

Dari peta percakapan yang disajikan dalam bentuk Social Network Analysis (SNA), dapat dilihat bahwa @blogdokter sebagai salah satu influencer sangat mendominasi pada percakapan ini, sehingga membentuk pola komunikasi yang substansial antar netizen. Topik yang digaungkan oleh @blogdokter mengenai  belum adanya insentif/honor untuk para vaksinator Covid19 dari Kementerian Kesehatan.

Selain @blogdokter, influencer lainnya didominasi oleh kelompok yang kontra dengan kebijakan pemerintah dalam hal penanganan Covid-19, di antaranya @PutraWadapi, @hermansaksono, maupun @marlina_idha.

Share :

Related Articles