Indonesia Peringkat 1 Negara Paling Malas Jalan Kaki, Inikah Penyebabnya?

Bayu Septian

18 July 2022 13:38

Source : Huffingtonpost

Tahukah Anda? Bahwa sebuah studi yang dilakukan para ilmuwan di Stanford University beberapa tahun lalu mengungkapkan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama jadi negara paling malas jalan kaki.

Melalui jurnal Nature, disebutkan bahwa rata-rata orang Indonesia hanya berjalan kaki sebanyak 3.515 langkah per hari, jauh lebih sedikit dibanding catatan global yaitu rata-rata 5.000 langkah per hari.

Lantas, apa yang membuat para ilmuwan menyimpulkan warga Indonesia malas jalan kaki? Mari kita cari tahu lebih dalam!

Kita mulai dengan mengeksplorasi aktivitas kita sehari-hari. Dalam satu hari, seberapa seringkah Anda berjalan kaki? Ataukah Anda justru lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi untuk pergi ke sekolah maupun kantor? Nyatanya, jika kita lihat sekilas, orang Indonesia lebih suka naik kendaraan pribadi dibandingkan jalan kaki.

Padahal, menurut beberapa pakar kesehatan yang dikutip dalam hellosehat.com, menyarankan untuk berjalan kaki sebanyak 10.000 langkah per hari. Amy Lee, Kepala Nutrisi untuk Nucific menjelaskan bahwa selain menyehatkan tubuh, aktivitas jalan kaki juga dapat menjaga kesehatan mental.

Mengambil data dari Instagram, Twitter, Forum, Berita, dan lainnya, Kazee Media Monitoring mencoba melacak penyebutan isu dari 11 Juli hingga 17 Juli 2022, untuk lebih memahami bagaimana tanggapan mereka terhadap fenomena malas jalan kaki ini.

Source : Kazee Media Monitoring

Data bergerak secara stabil dengan akumulasi pada platform Twitter sebanyak 12.976 kicauan dan pemberitaan media online sebanyak 1796 artikel.

Fenomena ini melahirkan pro dan kontra di media sosial, para pengguna media sosial serta tokoh politik turut ikut berkomentar. Beberapa membenarkan namun lainnya berpendapat bahwa ada alasan dibalik mereka malas jalan kaki.

Lalu, bagaimana pandangan warganet tentang fenomena ini? Simak cuitan mereka di bawah ini.

https://twitter.com/bellabeatrix/status/1548122915237163008?t=Mg8ABKdZ88Tm7qG2UN16lA&s=09
https://twitter.com/jayakabajay/status/1548589186818899969?t=XvpMFljt0hVDoDfyhvHWQA&s=09

Selain warganet, mantan tokoh politik, Susi Pudjiastuti juga menyetujui pernyataan ini melalui cuitan di akun Twitter miliknya.

https://twitter.com/susipudjiastuti/status/1547075387183640578?t=R5aPnqgBdRap4ACJRFdQ5A&s=09

“Benar sekali” kata Susi Pudjiastuti dari akun Twitter @susipudjiastuti pada 13 Juli 2022. Pernyataan ini pun sontak mendapat berbagai tanggapan dari warganet.

Asal Usul Dibalik Hilangnya Tradisi Berjalan Kaki

Di awal tahun 30-an zaman Belanda, sepeda motor mulai masuk ke Indonesia. Saat itu, mayoritas pemilik motor adalah orang pribumi (mandor) atau pejabat pemerintah kelas menengah. Sedangkan, rakyat biasa lebih banyak berjalan kaki, sehingga jarang dari mereka yang mengalami overweight.

Kesulitan ekonomi membuat orang Indonesia menjadi terbiasa jalan kaki ke tempat yang mereka ingin kunjungi. Dalam sehari, mungkin lebih dari 2000 kalori terbakar dari aktivitas jalan kaki saja. Bahkan hingga tahun 80an, sepeda motor masih jadi barang mewah yang mustahil dimiliki rakyat biasa.

Seiring waktu berjalan, mindset tentang memiliki motor berubah. Orang-orang menganggap punya motor itu keren, tanda kemapanan, prestius. Sedangkan jalan kaki dianggap orang kurang mampu. Kemudian, mereka mulai berbondong-bondong kredit motor.

Ini adalah babak pertama orang Indonesia malas jalan kaki.

Pesatnya pertumbuhan penduduk membuat cepat atau lambat akan membawa bom waktu kemacetan.

Babak kedua adalah tahun 2000-an awal.

Setelah krisis moneter, orang Indonesia mulai meninggalkan aktivitas jalan kaki dan transportasi umum. Mereka lebih memilih naik kendaraan pribadi karena dianggap lebih ekonomis dan tepat guna. Akibatnya, kemacetan mulai terlihat, pejalan kaki mulai berkurang, hingga trotoar justru dimanfaatkan para pedagang.

Babak ketiga adalah generasi 2010-an keatas.

Habit menggunakan motor mulai menular pada generasi baru. Generasi Z akhirnya tidak terbiasa jalan kaki. Inilah puncaknya. Dampaknya adalah, transportasi umum hancur, lebur dan habis.

Dari teori diatas, melahirkan kesimpulan baru yang cukup ironis. Orang Indonesia banyak yang mengalami obesitas. Aktivitas fisik hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu saja.

Data ini diperkuat dengan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas), tahun 2016 menunjukkan penduduk dewasa berusia diatas 18 tahun yang mengalami kegemukan atau obesitas mencapai 20,7% atau lebih dari 40 juta orang.

Angka itu menunjukkan peningkatan pesat dari tahun 2013 ketika penduduk yang kegemukan mencapai 15,4%. Nah kan, tambah lagi masalahnya obesitas. Orang sudah obesitas gini makin males jalan kaki.

Alasan Orang Indonesia Malas Jalan Kaki

Setelah tadi kita membahas bagaimana pandangan warganet tentang fenomena orang malas jalan kaki, mari kita cari tahu lebih dalam alasan mereka dibalik sungkan berjalan kaki.

Dilansir dari cnbcindonesia.com, sebenarnya ada beberapa alasan mengapa orang Indonesia malas jalan kaki, diantaranya.

1. Infrastruktur Tidak Mendukung

Sebagian besar mengeluhkan bahwa infrastruktur yang kurang memadai menjadi salah satu alasan mengapa orang Indonesia malas berjalan kaki. Selain tak ramah bagi pejalan kaki, mobilitas kendaraan bermesin di jalanan kota besar membuat mereka sungkan berjalan kaki.

Hal serupa juga diungkapkan portal berita nytimes.com dalam artikelnya yang berjudul “Jakarta, the City Where Nobody Wants to Walk” yang menyebutkan bahwa Jakarta adalah kota yang sangat tidak ramah untuk berjalan kaki.

Sarana trotoar yang dikhususkan bagi pejalan kaki justru diambil alih oleh pedagang kaki lima. Belum lagi, jika tinggal di kota besar, Anda mungkin pernah mengalami diklakson motor saat berjalan di trotoar. Padahal, sebagai pejalan kaki, Anda berhak berjalan dengan aman di trotoar tersebut, bukan sebaliknya.

https://twitter.com/blupbum/status/1548129526554984448?t=BWfTbiLkjWVVr-ag5J7FuA&s=09

2. Suhu yang Panas

Banyak orang beralasan faktor iklim dan suhu kota yang panas menjadi penyebab mereka malas berjalan kaki. Di Ibukota Jakarta sendiri, rata-rata temperatur adalah 31-33 derajat Celcius.

Berpergian di siang hari saja, terkadang kita masih menggunakan AC. Terlebih, jika berjalan kaki di bawah matahari terik, keringat mungkin sudah membasahi Anda keringat.

Meski demikian, sebagian menganggap faktor suhu ini hanya alasan orang Indonesia saja. Sebab, sejumlah negara lain yang juga punya iklim tropis seperti Indonesia ternyata tidak malas jalan kaki.

3. Catcalling

Selain infrastruktur dan suhu yang panas, catcalling juga menjadi penyebab banyak masyarakat Indonesia, terutama wanita, malas jalan kaki.

Catcalling adalah bentuk pelecehan seksual di ruang publik, biasanya di jalan. Misalnya, saat Anda berjalan melewati segerombolan orang, mereka bersiul menggoda Anda, atau bahkan menawarkan tumpangan dengan intensi yang negatif.

Berdasarkan ulasan dan bahasan diatas. Lantas, menurut Anda bagaimana pandangan Anda terhadapfenomena ini? Dan bagaimana sebaiknya peran pemerintah dalam membuat kebijakan publik guna menangani fenomena ini? Share pendapat Anda di kolom komentar!

Share :

Related Articles