
Adanya kebijakan pemerintah mengenai physical distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di masa pandemi Covid-19, membuat hidup masyarakat bergantung pada layanan telekomunikasi yang menyediakan akses internet guna memenuhi kebutuhan pekerjaan dan pendidikan. Bahkan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatatkan terjadi lonjakan traffic pemakaian data sebesar 40% selama masa pandemi ini.
Melalui kebijakan pemerintah tersebut, terdapat perubahan pada pola konsumsi internet, seperti membeludaknya pengguna ritel atau broadband perumahan yang sebelumnya lebih didominasi oleh perusahaan-perusahaan dan juga institusi pendidikan. Selain itu, penggunaan layanan komunikasi melalui aplikasi video conference semakin populer digunakan masyarakat sebagai upaya koordinasi terkait pekerjaan dan penyampaian materi saat pembelajaran online serta aplikasi e-learning yang juga semakin popular digunakan.
Meskipun demikian, sejumlah perusahaan telekomunikasi di Indonesia dan perusahaan teknologi digital raksasa Google, melakukan kolaborasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk turut serta memberikan kontribusi melalui paket data gratis sebesar 30 GB selama 90 hari bagi 10 ribu pengajar di seluruh Indonesia guna metode pembelajaran jarak jauh. Senada dengan hal itu, perusahaan-perusahaan telekomunikasi Indonesia juga memberikan paket kuota gratis bagi pelanggan setianya sebesar 30 GB yang dapat digunakan untuk mengakses sejumlah aplikasi e-learning populer dan mengakses situs e-learning dari sejumlah universitas di Indonesia.
Menurut laporan RedSeer yang dirilis oleh Databoks KataData, selama pandemi ini, masyarakat Indonesia jadi lebih sering menggunakan layanan digital e-commerce untuk membeli berbagai kebutuhannya yang tercatat meningkat sebesar 69%, disusul oleh e-wallet yang juga naik sebesar 65% sebagai alat transaksi pembelian tersebut. Namun, terdapat penurunan yang signifikan pada layanan ride hailing atau transportasi online sebesar 73% karena adanya kebijakan PSBB, sehingga pengguna aplikasi jarang menggunakan layanan tersebut.
Secara bisnis dan ekonomi, banyak para pelaku usaha konvensional yang terkena dampak akibat Covid-19. Hal itu membuat pelaku usaha tersebut dituntut untuk lebih kreatif dan berpindah ‘lapak’ ke dalam platform online atau e-commerce. Karena di masa sekarang dan adanya kebijakan PSBB, membuat masyarakat enggan keluar rumah dan lebih memilih melakukan transaksi jual-beli di rumah supaya tetap survive. Selain itu, melalui cara tersebut dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Pola penggunaan layanan digital tersebut menunjukkan cara masyarakat beradaptasi dengan kondisi yang new normal.
Namun, adanya isu keamanan data, penyedia layanan pada platform digital dan pemerintah harus saling berkolaborasi untuk meningkatkan keamanan sistem informasi yang berlapis terkait data pengguna, serta terus gencar melakukan edukasi untuk lebih waspada dalam melakukan transaksi online juga memberikan perlindungan.
Tidak bisa dimungkiri bahwa revolusi industri 4.0 membawa akselerasi digital saat ini meningkat pesat, dan itu menjadi tantangan bagi industri telekomunikasi sebagai penyedia layanan data dan internet untuk dapat memenuhi infrastruktur telekomunikasi menjangkau dari Sabang sampai Merauke juga dalam hal perbaikan kualitas jaringan. Di masa saat ini, internet menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat perkotaan. Namun, di lain sisi terdapat kesenjangan digital serta kesenjangan informasi, yang mana masyarakat daerah pedalaman masih kesulitan untuk memperoleh informasi secara cepat dan masyarakat belum teredukasi penuh mengenai penggunaan internet juga gawai.
Menghadirkan layanan internet di daerah pedalaman memang tidak semudah seperti internet memudahkan urusan kehidupan manusia. Tapi, dengan hadirnya internet bagi seluruh lapisan masyarakat, akan selalu ada harapan untuk kehidupan yang lebih baik.