Perpindahan Ibu Kota Berdasarkan Perspektif Media Analytics

Bayu Septian

01 September 2019 20:44

Isu terkait pemindahan Ibu Kota Indonesia ke lokasi lain di luar Jakarta kembali memanas paska Presiden Jokowi melakukan unggahan pada 08 Agustus lalu di laman Instagram resminya yang menyatakan bahwa pilihan Kawasan untuk dijadikan lokasi Ibu Kota mengerucut pada salah satu provinsi di Pulau Borneo. Unggahan ini memicu diskusi yang terjadi baik secara daring maupun forum-forum terbuka yang dilakukan secara langsung, para peneliti dan masyarakat beramai-ramai mengutarakan sudut pandangnya terkait pemindahan Ibu Kota. Melihat arusnya yang sedang memanas, kira-kira bagaimana teknologi Media Analytics membaca situasi ini? Mari kita simak sama-sama pembahasan singkatnya berdasarkan versi Kazee Analytics di bawah ini:

1. Data Tersebar pada Portal Daring dalam periode 01 April s.d. 20 Agustus 2019

Semua Sumber : 26.036 Twitter : 16.558 News : 6.598 Facebook : 1.729 Youtube : 750 Instagram : 401

Terpantau dalam system Kazee terdapat total 26.036 data dari seluruh portal daring selama periode 01 April s.d. 20 Agustus 2019 yang membahas mengenai perpindahan Ibu Kota, arus data terbesar berasal dari cuitan di linimasa Twitter yang mencapai 16.558 cuitan, disusul dengan konten pemberitaan yang berasal dari media massa daring yaitu sebanyak 6.598 pemberitaan. Data yang terpantau dalam system Kazee ini menyimpulkan bahwa arus pembahasan terkait pemindahan Ibu Kota memang sedang memperoleh ekspos yang cukup tinggi pada platform daring.

2. Bagaimana Sentimen yang Tertangkap oleh Sistem Kazee?


Positif : 4.490 Negatif : 1.590 Netral : 519

Sentimen terkait pemindahan Ibu Kota didominasi oleh sentiment yang bernada positif dengan total eksos sebanyak 4.490, sentiment positif ini didominasi oleh pemberitaan dan pembahasan yang berasal dari sudut pandang pemerintah, di mana dari sisi tersebut dinyatakan bahwa pemindahan Ibu Kota memiliki tingkat urgensi yang tinggi dikarenakan Jakarta sudah tidak kondusif lagi untuk difungsikan sebagai Ibu Kota. Indonesia sebagai negara berdaulat membutuhkan lokasi baru yang menjadi pusat administrasi pemerintah, langkah ini juga dinilai mampu mewujudkan pemerataan di berbagai aspek kenegaraan, dari mulai pemerataan kesejahteraan, pemerataan penduduk, dsb.

Sentimen negatif menempati urutan kedua dari pembahasan terkait pemindahan Ibu Kota, narasi-narasi yang muncul umumnya berasal dari kelompok yang kontra terhadap pindahnya Ibu Kota, kelompok ini didominasi oleh mereka yang berdiri pada garda terdepan dalam membela hak-hak lingkungan. Para pembela hak lingkungan ini memiliki pandangan yang menyatakan bahwasanya pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan bukan merupakan solusi terbaik karena akan menimbulkan beban-beban lingkungan yang secara ekologis akan semakin merusak keseimbangan lingkungan di Kalimantan. Mengingat peran hutan Kalimantan yang diibaratkan paru-paru bagi dunia, mereka yang kontra terhadap pindahnya Ibu Kota ke Kalimantan mengkhawatirkan efek lingkungan hayati yang akan terintervensi apabila Ibu Kota benar-benar berpindah.

Sentimen netral menempati urutan terendah dengan total 519 ekspos saja, pembahasan yang eksis dari narasi yang bernada netral umumnya menekankan pada opini-opini normative yang sifatnya mempertanyakan keputusan Ibu Kota. Kelompok ini merasa belum yakin karena belum memperoleh fakta-fakta yang cukup terkait pemindahan Ibu Kota.

Untuk pembahasan lebih lengkap silakan memberikan permintaan untuk akses terhadap bulletin insight kami di: info@kazee.id.

Share :

Related Articles

No related posts