Kondusifitas Perkembangan Usaha Rintisan di Indonesia
Bayu Septian
12 November 2019 02:55
Pertumbuhan perusahaan rintisan di Indonesia tidak bisa dipungkiri memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa, hal ini dikarenakan eksistensi perusahaan rintisan begitu berkaitan erat dengan tumbuhnya inovasi, inovasi ini tentunya diciptakan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. SDM unggul ini bisa menjadi sebuah indikator strategis untuk mengukur kemajuan suatu bangsa. Artinya, Indonesia saat ini sedang berelevasi menjadi sebuah negara yang sedang bergerak ke arah kemajuan khususnya di bidang inovasi teknologi.
Eksistensi startup atau usaha rintisan ini hadir bukan tanpa tantangan yang berarti, para perusahaan startup harus bertarung menjadi yang paling relevan terkait apa yang sedang menjadi kebutuhan publik. Para startup yang terasa paling relevan dengan kebutuhan saat ini, di mana keberadaannya bisa memberikan manfaat dalam mempermudah kehidupan manusia ini keberadaannya kian menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat, khususnya mereka yang bermukim di kota besar.
Sebut saja eksistensi salah satu perusahaan startup yang cemerlang baik dalam level nasional maupun internasional, GO-JEK. Di mana saat ini perusahaan ini sudah bermetamorfosa dari perusahaan Unicorn (valuasi US$1 miliar) menjadi perusahaan Decacorn versi perusahaan riset CB Insights berdasarkan pada laporan berjudul “The Global Unicorn Club.”, GO-JEK disebut memiliki nilai valuasi sebesar US$10 miliar, nilai yang menjadi batas minimal bagi suatu startup memperoleh gelar Decacorn. Pada laporan tersebut, perusahaan yang pada mulanya berfokus pada bisnis transportasi tersebut menduduki posisi ke-19 sebagai startup paling bernilai dari 300 startup di seluruh dunia.
GO-JEK menjadi salah satu contoh positif bahwa iklim perkembangan startup di Indonesia memang cukup kondusif. Indonesia dianggap sebagai salah satu negara penghasil perusahaan Starup terbesar di dunia. Berdasarkan data Hurun Research Institute, Indonesia masuk ke dalam 10 negara penghasil Unicorn terbanyak di dunia. Indonesia hanya tertinggal dari dari Tiongkok yang memiliki 206 Unicorn, Amerika Serikat dengan jumlah 203 Unicorn, India 21 unicorn, Inggris 13. Indonesia memiliki lima, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, Ovo, dan GO-JEK dan masih memiliki kesempatan bertumbuh lebih banyak lagi khsususnya di sektor ekonomi digital.
Melihat pertumbuhan perusahaan-perusahaan rintisan yang bergerak hingga menjadi perusahaan Unicorn, maka menjadi sebuah angin segar bagi penggiat usaha startup khususnya yang bergerak pada bidang ekonomi digital untuk membuktikan eksistensinya dalam menyediakan layanan yang inovatif. Tidak hanya inovatif, namun juga relevan untuk kebutuhan masyarakat saat ini, sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup di masa yang akan datang. Menteri Riset Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro mengatakan rasa optimisnya bahwa Indonesia akan mencetak dua startup Unicorn baru pada awal tahun 2020 mendatang.
Fenomena digitalisasi yang memasuki hampir seluruh lini kehidupan saat ini telah membawa banyak perubahan radikal di dunia usaha. Sehingga, teknologi digital hendaknya dapat diterapkan sepenuhnya pada seluruh rantai nilai industri agar melahirkan business process baru berbasis digital serta meningkatkan sisi produktivitas. Fakta ini menunjukkan bahwa demand akan adanya perusahaan-perusahaan startup berbasis teknologi yang bertujuan untuk memudahkan kehidupan menjadi harapan banyak pihak.
Related Articles
No related posts